Pertama :Grateful for all favors (Mensyukuri Segala Nikmat ) 
Tiada kenikmatan,  apapun wujudnya yang dirasakan menusia, melainkan datang dari Allah  Subhanahu wa Ta’ala. Atas dasar itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala  mewajibkan manusia untuk senantiasa bersyukur kepada-Nya. Dengan cara  senantiasa mengingat bahwasanya kenikmatan tersebut datang dari Allah  Subhanahu wa Ta’ala, diteruskan mengucapkan hamdalah, dan selanjutnya  menafkahkan sebagai kekayaannya di jalan-jalan yang diridhai Allah  Subhanahu wa Ta’ala. Seseorang yang telah mendapatkan taufik untuk  bersyukur, ia akan mendapatkan keberkahan dalam hidupnya, sehingga Allah  akan senantiasa melipatgandakan kenikmatan baginya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Dan  ingatlah tatkala Rabbmu mengumandangkan : “Sesungguhnya jika kamu  bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu  mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih”  [Ibrahim : 7]
Pada ayat lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur demi (kebaikan) dirinya sendiri” [An-Naml : 40]
Imam  Al-Qurthubi rahimahullah berkata :”Manfaat bersyukur tidak akan  dirasakan, kecuali oleh pelakunya sendiri. Dengan itu, ia berhak  mendapatkan kesempurnaan dari nikmat yang telah ia dapatkan, dan nikmat  tersebut akan kekal dan bertambah. Sebagaimana syukur, juga berfungsi  untuk mengikat kenikmatan yang telah didapat serta menggapai kenikmatan  yang belum dicapai” [8]
Sebagai contoh nyata, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Sesungguhnya  bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Rabb) di tempat kediaman mereka,  yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada  mereka dikatakan) : “Makanlah olehmu dari rizki yang (dianugrahkan)  Rabbmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang  baik dan (Rabbmu) adalah Rabb Yang Maha Pengampun. Tetapi mereka  berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami  ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon)  yang berbuah pahit, pohon atsel (cemara) dan pohon bidara” [Saba :  15-16]
Tatkala bangsa Saba’ masih dalam keadaan makmur dan  tenteram, Allah subhanahu wa Ta’ala hanya memerintahkan kepada mereka  agar bersyukur. Ini menunjukkan, dengan bersyukur, mereka dapat menjaga  kenikmatan dari bencana, dan mendatangkan kenikmatan lain yang belum  pernah mereka dapatkan.
Kedua :give (memberi/bersedekah) 
Zakat,  baik zakat wajib maupun sunnah (sedekah), merupakan salah satu amalan  yang menjadi faktor yang dapat menyebabkan turunnya keberkahan. Allah  Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah” [Al-Baqarah : 276]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Tiada  pagi hari, melainkan ada dua malaikat yang turun, kemudian salah  satunya berkata (berdo’a) : “Ya Allah, berilah pengganti bagi orang yang  berinfak”, sedangkan yang lain berdo’a :”Ya Allah, timpakanlah kepada  orang yang kikir (tidak berinfak) kehancuran” [Muttafaqun alaih]
Ketiga :Working with sincere( Bekerja dengan ikhlas)
Sifat  qona’ah dan lapang dada dengan pembagian Allah Subhanahu wa Ta’ala,  merupakan kekayaan yang tidak ada bandingannya. Dengan jiwa yang  dipenuhi dengan qona’ah, dan keridhaan dengan segala rizki yang Allah  turunkan untuknya, maka keberkahan akan datang kepadanya. Rasulullah  Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Sesungguhnya Allah Yang  Maha Luas Karunia-nya lagi Maha Tinggi, akan menguji setiap hamba-Nya  dengan rizki yang telah Ia berikan kepadanya. Barangsiapa yang ridha  dengan pembagian Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka Allah akan memberkahi  dan melapangkan rizki tersebut untuknya. Dan barangsiapa yang tidak  ridha (tidak puas), niscaya rizkinya tidak akan diberkahi” [HR Ahmad dan  dishahihkan oleh Al-Albani]
Al-Munawi rahimahullah menyebutkan :  “Penyakit ini (yaitu tidak puas dengan apa yang telah Allah Subhanahu  wa Ta’ala karuniakan kepadanya, pent) banyak dijumpai pada pemuja dunia.  Hingga engkau temui salah seorang dari mereka meremehkan rizki yang  telah dikaruniakan untuknya ; merasa hartanya sedikit, buruk, serta  terpana dengan rizki orang lain dan menganggapnya lebih bagus dan  banyak. Oleh karena itu, ia akan senantiasa membanting tulang untuk  menambah hartanya , sampai umurnya habis, kekuatannya sirna ; dan ia pun  menjadi tua renta (pikun) akibat dari ambisi yang digapainya dan rasa  letih. Dengan itu, ia telah menyiksa tubuhnya, menghitamkan lembaran  amalannya dengan berbagai dosa yang ia lakukan demi mendapatkan harta  kekayaan. Padahal, ia tidak akan memperoleh selain apa yang telah Allah  Subhanahu wa Ta’ala tentukan untuknya. Pada akhir hayatnya, ia meninggal  dunia dalam keadaan pailit. Dia tidak mensyukuri yang telah ia peroleh,  dan ia juga tidak berhasil menggapai apa yang ia inginkan” [9]
Oleh  karena itu, Islam mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa menjaga  kehormatan agama dan diri dalam setiap usaha yang ditempuhnya guna  mencari rizki. Sehingga, seorang muslim tidak akan menempuh, melainkan  jalan-jalan yang telah dihalalkan dan dengan telah menjaga kehormatan  dirinya.
Keempat :Repent Sins Of All Actions( Bertaubat Dari Segala Perbuatan Dosa)
Sebagaimana  perbuatan dosa menjadi salah satu penyebab terhalangnya rizki dari  pelakunya, maka sebaliknya, taubat dan istighfar merupakan salah satu  faktor yang dapat mendatangkan rizki dan keberkahannya. Allah Subhanahu  wa Ta’ala menceritakan tentang Nabi Hud Alaihissallam bersama kaumnya.
“Dan  (Hud berkata) : Hai kaumku, beristighfarlah kepada Rabbmu lalu  bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan atasmu hujan yang sangat  deras, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan  janganlah kamu berpaling dengan berbuta dosa” [Hud : 52]
Akibat  kekufuran dan perbuatan dosa kaum ‘Ad –berdasarkan keterangan para ulama  tafsir- mereka ditimpa kekeringan dan kemandulan, sehingga tidak  seorang wanita pun yang bisa melahirkan anak. Keadaan ini berlangsung  selama beberapa tahun lamanya. Oleh karena itu, Nabi Hud Alaihissallam  memerintahkan mereka untuk bertaubat dan beristighfar. Sebab, dengan  taubat dan istighfar itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menurunkan  hujan, dan mengaruniai mereka anak keturunan. [10]
Kelima : Connecting and Maintaining a relationship(Menyambung dan Menjaga Tali Silaturahmi)
Di  antara amal shalih yang akan mendatangkan keberkahan dalam hidup, yaitu  menyambung tali silaturrahim. Ini merupakan upaya menjalin hubungan  baik dengan setiap orang yang akan terkait hubungan nasab dengan kita.  Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Barangsiapa  yang senang untuk dilapangkan (atau diberkahi) rizkinya, atau ditunda  (dipanjangkan) umurnya, maka hendaknya ia bersilaturrahim” [Muttafaqun  ‘alaih]
Yang dimaksud dengan ditunda ajalnya, ialah umurnya  diberkahi, diberi taufiq untuk beramal shalih, mengisi waktunya dengan  berbagai amalan yang berguna bagi kehidupannya di akhirat, dan ia  terjaga dari menyia-nyiakan waktunya dalam hal yang tidak berguna. Atau  menjadikan nama harumnya senantiasa dikenang orang. Atau benar-benar  umurnya ditambah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. [11]
Keenam :Make a living from things that good ways( Mencari Rizki Dari Jalan Yg Halal)
Merupakan  syarat mutlak bagi terwujudnya keberkahan harta, ialah memperolehnya  dengan jalan yang halal. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda.
“Janganlah kamu merasa bahwa rizkimu datangnya  terlambat. Karena sesunguhnya, tidaklah seorang hamba akan meninggal,  hingga telah datang kepadanya rizki terakhir (yang telah ditentukan)  untuknya. Maka, tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rizki, yaitu  dengan mengambil yang halal dan meninggalkan yang haram” [HR  Abdur-Razaq, Ibnu Hibbanm dan Al-Hakim]
Salah satu yang mempengaruhi keberkahan ini ialah praktek riba. Perbuatan riba termasuk faktor yang dapat menghapus keberkahan.
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah” [Al-Baqarah : 276]
Ibnu  Katsir rahimahullah berkata :”Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan  bahwa Dia akan memusnahkan riba. Maksudnya, bisa saja memusnahkannya  secara keseluruhan dari tangan pemiliknya, atau menghalangi pemiliknya  dari keberkahan hartanya tersebut. Dengan demikian, pemilik riba tidak  mendapatkan manfaat dari harta ribanya. Bahkan dengan harta tersebut,  Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membinasakannya dalam kehidupan dunia,  dan kelak di hari akhirat Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menyiksanya  akibat harta tersebut” [12]
Bila mengamati kehidupan orang-orang  yang menjalankan praktek riba, niscaya kita dapatkan banyak bukti bagi  kebenaran ayat dan hadits di atas. Betapa banyak pemakan riba yang  hartanya berlimpah, hingga tak terhitung jumlahnya, akan tetapi tidak  satu pun dari mereka yang merasakan keberkahan, ketentraman dan  kebahagiaan dari harta haram tersebut.
Begitu pula dengan  meminta-minta (mengemis) dalam mencari rizki, termasuk perbuatan yang  diharamkan dan tidak mengandung keberkahan. Dalam salah satu hadits,  Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan sebagian dampak  hilangnya keberkahan dari orang yang meminta-minta.
“Tidaklah  seseorang terus-menerus meminta-minta kepada orang lain, hingga kelak  akan datang pada hari Kiamat, dalam keadaan tidak ada secuil daging pun  melekat di wajahnya” [Muttafaqun alaih]
Ketujuh : Not Lazy in life(Hindari Sifat Malas)
Di  antara jalan untuk meraih keberkahan dari Allah, ialah menanamkan  semangat untuk hidup sehat dan produktif, serta menyingkirkan sifat  malas sejauh-jaunya. Caranya, senantiasa memanfaatkan karunia Allah  Subhanahu wa Ta’ala dengan hal-hal yang berguna dan mendatangkan  kemaslahatan bagi hidup kita.
Termasuk waktu yang paling baik  untuk memulai bekerja dan mencari rizki, ialah waktu pagi. Rasulullah  Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memanjatkan do’a keberkahan.
“Ya  Allah, berkahilah untuk ummatku waktu pagi mereka” [HR Abu Dawud,  At-Tirmidzi, An-Nasa-i, Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh  Al-Albani]
Hikmah dikhususkannya waktu pagi dengan doa  keberkahan, lantaran waktu pagi merupakan waktu dimulainya berbagai  aktifitas manusia. Saat itu pula, seseorang merasakan semangat usai  beristirahat di malam hari. Oleh karenanya, beliau Shallallahu ‘alaihi  wa sallam mendo’akan keberkahan pada waktu pagi ini agar seluruh umatnya  memperoleh bagian dari doa tersebut.
Sebagai penerapan langsung  dari doa ini, bila mengutus pasukan perang, Rasulullah Shallallahu  ‘alaihi wa sallam melakukannya di pagi hari, sehingga pasukan diberkahi  dan mendapatkan pertolongan serta kemenangan.
Contoh lain dari  keberkahan waktu pagi, ialah sebagaimana yang dilakukan oleh sahabat  Shakhr Al-Ghamidi Radhiyallahu ‘anhu. Yaitu perawi hadits ini dari Nabi  Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Shakhr bekerja sebagai pedagang. Usai  mendengarkan hadits ini, ia pun menerapkannya. Tidaklah ia mengirimkan  barang dagangannya kecuali di pagi hari. Dan benarlah, keberkahan Allah  Subhanahu wa Ta’ala dapat ia peroleh. Diriwayatkan, perniagaannya  berhasil dan hartanya melimpah ruah. Dan berdasarkan hadits ini pula,  sebagian ulama menyatakan, tidur pada pagi hari hukumnya makruh.
Masih  banyak lagi amalan-amalan yang akan mendatangkan keberkahan dalam  kehidupan seorang muslim. Apa yang telah saya paparkan di atas hanyalah  sebagai contoh
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa  melimpahkan taufiq dan keberkahan-Nya kepada kita semua. Dan semoga  pemaparan singkat ini dapat berguna bagi saya pribadi dan setiap orang  yang mendengar atau membacanya serta bagi saya yg mengutipnya  Tak lupa, bila pemaparan diatas ada  kesalahan, maka hal itu datang dari saya dan dari setan, sehingga saya  beristighfar kepada Allah. Dan bila ada kebenaran, maka itu semua atas  taufik dan inayah-Nya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)



No comments:
Post a Comment