Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), skripsi diartikan sebagai karangan ilmiah yang
diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan pendidikan akademis. Buat sebagian
mahasiswa, skripsi adalah sesuatu yang lumrah. Tetapi buat sebagian mahasiswa
yang lain, skripsi bisa jadi momok yang terus menghantui dan menjadi mimpi
buruk. Banyak juga yang berujar “lebih baik sakit gigi
daripada bikin skripsi”.skripsi adalah salah satu syarat yang
harus dipenuhi sebagai bagian untuk mendapatkan gelar sarjana (S1). Skripsi
inilah yang juga menjadi salah satu pembeda antara jenjang pendidikan sarjana
(S1) dan diploma (D3).Ada beberapa syarat yang musti dipenuhi sebelum seorang
mahasiswa bisa menulis skripsi. Tiap universitas/fakultas memang mempunyai
kebijakan tersendiri, tetapi umumnya persyaratan yang harus dipenuhi hampir
sama. Misalnya, mahasiswa harus sudah memenuhi sejumlah SKS, tidak boleh ada
nilai D atau E, IP Kumulatif semester tersebut minimal 2.00, dan seterusnya.
Anda mungkin saat ini belum “berhak” untuk menulis skripsi, akan tetapi tidak
ada salahnya untuk mempersiapkan segalanya sejak awal.Skripsi tersebut akan
ditulis dan direvisi hingga mendapat persetujuan dosen pembimbing. Setelah itu,
Anda harus mempertahankan skripsi Anda di hadapan penguji dalam ujian skripsi
nantinya. Nilai Anda bisa bervariasi, dan terkadang, bisa saja Anda harus
mengulang skripsi Anda (tidak lulus).Skripsi juga berbeda dari tesis (S2) dan
disertasi (S3). Untuk disertasi, mahasiswa S3 memang diharuskan untuk menemukan
dan menjelaskan teori baru. Sementara untuk tesis, mahasiswa bisa menemukan
teori baru atau memverikasi teori yang sudah ada dan menjelaskan dengan teori
yang sudah ada. Sementara untuk mahasiswa S1, skripsi adalah “belajar meneliti”.Jadi,
skripsi memang perlu disiapkan secara serius. Akan tetapi, juga nggak perlu
disikapi sebagai mimpi buruk atau beban yang maha berat.
Miskonsepsi
tentang Skripsi.Banyak mahasiswa yang merasa bahwa
skripsi hanya “ditujukan” untuk mahasiswa-mahasiswa dengan kecerdasan di atas
rata-rata. Menurut saya pribadi, penulisan skripsi adalah kombinasi antara
kemauan, kerja keras, dan relationships yang baik. Kesuksesan dalam
menulis skripsi tidak selalu sejalan dengan tingkat kepintaran atau
tinggi/rendahnya IPK mahasiswa yang bersangkutan. Seringkali terjadi mahasiswa
dengan kecerdasan rata-rata air lebih cepat menyelesaikan skripsinya daripada
mahasiswa yang di atas rata-rata.Masalah yang juga sering terjadi adalah
seringkali mahasiswa datang berbicara ngalor ngidul dan membawa topik
skripsi yang terlalu muluk. Padahal, untuk tataran mahasiswa S1, skripsi
sejatinya adalah belajar melakukan penelitian dan menyusun laporan menurut
kaidah keilmiahan yang baku. Skripsi bukan untuk menemukan teori baru atau
memberikan kontribusi ilmiah. Karenanya, untuk mahasiswa S1 sebenarnya
replikasi adalah sudah cukup.Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah bahwa
penelitian, secara umum, terbagi dalam dua pendekatan yang berbeda: pendekatan
saintifik dan pendekatan naturalis. Pendekatan saintifik (scientific
approach) biasanya mempunyai struktur teori yang jelas, ada pengujian
kuantitif (statistik), dan juga menolak grounded theory. Sebaliknya,
pendekatan naturalis (naturalist approach) umumnya tidak menggunakan
struktur karena bertujuan untuk menemukan teori, hipotesis dijelaskan hanya
secara implisit, lebih banyak menggunakan metode eksploratori, dan sejalan
dengan grounded theory.Mana yang lebih baik antara kedua pendekatan
tersebut? Sama saja. Pendekatan satu dengan pendekatan lain bersifat saling
melengkapi satu sama lain (komplementer). Jadi, tidak perlu minder jika Anda
mengacu pada pendekatan yang satu, sementara teman Anda menggunakan pendekatan
yang lain. Juga, tidak perlu kuatir jika menggunakan pendekatan tertentu akan
menghasilkan nilai yang lebih baik/buruk daripada menggunakan pendekatan yang
lain.
Hal-hal
yang Perlu Dilakukan
Ø
Siapkan Diri.
Hal pertama yang wajib dilakukan adalah persiapan dari diri Anda sendiri.
Niatkan kepada Tuhan bahwa Anda ingin menulis skripsi. Persiapkan segalanya
dengan baik. Lakukan dengan penuh kesungguhan dan harus ada kesediaan untuk
menghadapi tantangan/hambatan seberat apapun.
Ø
Minta Doa Restu.
Saya percaya bahwa doa restu orang tua adalah tiada duanya. Kalau Anda tinggal
bersama orang tua, mintalah pengertian kepada mereka dan anggota keluarga
lainnya bahwa selama beberapa waktu ke depan Anda akan konsentrasi untuk
menulis skripsi. Kalau Anda tinggal di kos, minta pengertian dengan teman-teman
lain. Jangan lupa juga untuk membuat komitmen dengan pacar. Berantem dengan
pacar (walau sepele) bisa menjatuhkan semangat untuk menyelesaikan skripsi.
Ø
Buat Time Table.
Ini penting agar penulisan skripsi tidak telalu time-consuming. Buat planning
yang jelas mengenai kapan Anda mencari referensi, kapan Anda harus
mendapatkan judul, kapan Anda melakukan bimbingan/konsultasi, juga target waktu
kapan skripsi harus sudah benar-benar selesai.
Ø
Berdayakan Internet.
Internet memang membuat kita lebih produktif. Manfaatkan untuk mencari
referensi secara cepat dan tepat untuk mendukung skripsi Anda. Bahan-bahan
aktual bisa ditemukan lewat Google Scholar atau melalui provider-provider
komersial seperti EBSCO
atau ProQuest.
Ø
Jadilah Proaktif.
Dosen pembimbing memang “bertugas” membimbing Anda. Akan tetapi, Anda tidak
selalu bisa menggantungkan segalanya pada dosen pembimbing. Selalu bersikaplah
proaktif. Mulai dari mencari topik, mengumpulkan bahan, “mengejar” untuk
bimbingan, dan seterusnya.
Ø
Be Flexible.
Skripsi mempunyai tingkat “ketidakpastian” tinggi. Bisa saja skripsi anda sudah
setengah jalan tetapi dosen pembimbing meminta Anda untuk mengganti topik.
Tidak jarang dosen Anda tiba-tiba membatalkan janji untuk bimbingan pada waktu
yang sudah disepakati sebelumnya. Terkadang Anda merasa bahwa
kesimpulan/penelitian Anda sudah benar, tetapi dosen Anda merasa sebaliknya.
Jadi, tetaplah fleksibel dan tidak usah merasa sakit hati dengan hal-hal yang
demikian itu.
Ø
Jujur.
Sebaiknya jangan menggunakan jasa “pihak ketiga” yang akan membantu membuatkan
skripsi untuk Anda atau menolong dalam mengolah data. Skripsi adalah buah
tangan Anda sendiri. Kalau dalam perjalanannya Anda benar-benar tidak tahu atau
menghadapi kesulitan besar, sampaikan saja kepada dosen pembimbing Anda. Kalau
disampaikan dengan tulus, pastilah dengan senang hati ia akan membantu Anda.
Ø
Siapkan Duit.
Skripsi jelas menghabiskan dana yang cukup lumayan (dengan asumsi tidak ada sponsorships).
Mulai dari akses internet, biaya cetak mencetak, ongkos kirim kuesioner, ongkos
untuk membeli suvenir bagi responden penelitian, biaya transportasi menuju
tempat responden, dan sebagainya. Jangan sampai penulisan skripsi macet hanya
karena kehabisan dana. Ironis kan?
Tahap-tahap
Persiapan
Kalau Anda beruntung,
bisa saja dosen pembimbing sudah memiliki topik dan menawarkan judul skripsi ke
Anda. Biasanya, dalam hal ini dosen pembimbing sedang terlibat dalam proyek
penelitian dan Anda akan “ditarik” masuk ke dalamnya. Kalau sudah begini,
penulisan skripsi jauh lebih mudah dan (dijamin) lancar karena segalanya akan
dibantu dan disiapkan oleh dosen pembimbing.
Sayangnya, kebanyakan
mahasiswa tidak memiliki keberuntungan semacam itu. Mayoritas mahasiswa,
seperti ditulis sebelumnya, harus bersikap proaktif sedari awal. Jadi,
persiapan sedari awal adalah sesuatu yang mutlak diperlukan.
Idealnya, skripsi
disiapkan satu-dua semester sebelum waktu terjadwal. Satu semester tersebut
bisa dilakukan untuk mencari referensi, mengumpulkan bahan, memilih topik dan
alternatif topik, hingga menyusun proposal dan melakukan bimbingan informal.
Dalam mencari
referensi/bahan acuan, pilih jurnal/paper yang mengandung unsur kekinian dan
diterbitkan oleh jurnal yang terakreditasi. Jurnal-jurnal top berbahasa
asing juga bisa menjadi pilihan. Kalau Anda mereplikasi jurnal/paper yang
berkelas, maka bisa dipastikan skripsi Anda pun akan cukup berkualitas.
Unsur kekinian juga
perlu diperhatikan. Pertama, topik-topik baru lebih disukai dan lebih menarik,
bahkan bagi dosen pembimbing/penguji. Kalau Anda mereplikasi topik-topik lawas,
penguji biasanya sudah “hafal di luar kepala” sehingga akan sangat mudah
untuk menjatuhkan Anda pada ujian skripsi nantinya.
Kedua, jurnal/paper
yang terbit dalam waktu 10 tahun terakhir, biasanya mengacu pada referensi yang
terbit 5-10 tahun sebelumnya. Percayalah bahwa mencari dan menelusur referensi
yang terbit tahun sepuluh-dua puluh tahun terakhir jauh lebih mudah daripada
melacak referensi yang bertahun 1970-1980.
Salah satu tahap
persiapan yang penting adalah penulisan proposal. Tentu saja proposal tidak
selalu harus ditulis secara “baku”. Bisa saja ditulis secara garis besar (pointer)
saja untuk direvisi kemudian. Proposal ini akan menjadi guidance Anda
selama penulisan skripsi agar tidak terlalu keluar jalur nantinya. Proposal
juga bisa menjadi alat bantu yang akan digunakan ketika Anda mengajukan
topik/judul kepada dosen pembimbing Anda. Proposal yang bagus bisa menjadi
indikator yang baik bahwa Anda adalah mahasiswa yang serius dan benar-benar
berkomitmen untuk menyelesaikan skripsi dengan baik.
Kiat
Memilih Dosen Pembimbing
Dosen pembimbing (academic
advisor) adalah vital karena nasib Anda benar-benar berada di
tangannya. Memang benar bahwa dosen pembimbing bertugas mendampingi Anda selama
penulisan skripsi. Akan tetapi, pada prakteknya ada dosen pembimbing yang
“benar-benar membimbing” skripsi Anda dengan intens. Ada pula yang membimbing
Anda dengan “melepas” dan memberi Anda kebebasan. Mempelajari dan menyesuaikan
diri dengan dosen pembimbing adalah salah satu elemen penting yang mendukung
kesuksesan Anda dalam menyusun skripsi.
Tiap
universitas/fakultas mempunyai kebijakan tersendiri soal dosen pembimbing ini.
Anda bisa memilih sendiri dosen pembimbing yang Anda inginkan. Tapi ada juga
universitas/fakultas yang memilihkan dosen pembimbing buat Anda. Tentu saja
lebih “enak” kalau Anda bisa memilih sendiri dosen pembimbing untuk skripsi
Anda.
Lalu, bagaimana
memilih dosen pembimbing yang benar-benar tepat?Secara garis besar, dosen bisa
dikategorikan sebagai: (1) dosen senior, dan (2) dosen junior. Dosen senior
umumnya berusia di atas 40-an tahun, setidaknya bergelar doktor (atau
professor), dengan jam terbang yang cukup tinggi. Sebaliknya, dosen junior
biasanya berusia di bawah 40 tahun, umumnya masih bergelar master, dan masih
gampang dijumpai di lingkungan kampus.
Tentu saja,
masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sebagai contoh,
kalau Anda memilih dosen pembimbing senior, biasanya Anda akan mengalami
kesulitan sebagai berikut:
- Proses bimbingan cukup sulit, karena umumnya dosen senior sangat perfeksionis.
- Anda akan kesulitan untuk bertemu muka karena umumnya dosen senior memiliki jam terbang tinggi dan jadwal yang sangat padat.
Tapi, keuntungannya:
- Kualitas skripsi Anda, secara umum, akan lebih memukau daripada rekan Anda.
- Anda akan “tertolong” saat ujian skripsi/pendadaran, karena dosen penguji lain (yang kemungkinan masih junior/baru bergelar master) akan merasa sungkan untuk “membantai” Anda.
- Dalam beberapa kasus, bisa dipastikan Anda akan mendapat nilai A.
Sebaliknya, kalau
Anda memilih dosen pembimbing junior, maka Anda akan lebih mudah selama proses
bimbingan. Dosen Anda akan mudah dijumpai di lingkungan kampus karena jam
terbangnya belum terlalu tinggi. Dosen muda umumnya juga tidak “jaim”
dan “sok” kepada mahasiswanya.
Tapi, kerugiannya,
Anda akan benar-benar “sendirian” ketika menghadapi ujian skripsi. Kalau dosen
penguji lain lebih senior daripada dosen pembimbing Anda, bisa dipastikan Anda
akan “dihajar” cukup telak. Dan dosen pembimbing Anda tidak berada dalam posisi
yang bisa membantu/membela Anda.
Jadi, hati-hati juga
dalam memilih dosen pembimbing.
Format
Skripsi yang Benar
Biasanya,
setiap fakultas/universitas sudah menerbitkan acuan/pedoman penulisan hasil
penelitian yang baku. Mulai dari penyusunan konten, tebal halaman, jenis kertas
dan sampul, hingga ukuran/jenis huruf dan spasi yang digunakan. Akan tetapi,
secara umum format hasil penelitian dibagi ke dalam beberapa bagian sebagai
berikut.
Pendahuluan.
Bagian pertama ini menjelaskan tentang isu penelitian, motivasi yang melandasi
penelitian tersebut dilakukan, tujuan yang diharapkan dapat tercapai melalui
penelitian ini, dan kontribusi yang akan diberikan dari penelitian ini.
Pengkajian Teori
& Pengembangan Hipotesis. Setelah latar
belakang penelitian dipaparkan jelas di bab pertama, kemudian dilanjutkan
dengan kaji teori dan pengembangan hipotesis. Pastikan bahwa bagian ini align
juga dengan bagian sebelumnya. Mengingat banyak juga mahasiswa yang “gagal”
menyusun alignment ini. Akibatnya, skripsinya terasa kurang make
sense dan nggak nyambung.
Metodologi
Penelitian. Berisi penjelasan tentang data yang
digunakan, pemodelan empiris yang dipakai, tipe dan rancangan sampel, bagaimana
menyeleksi data dan karakter data yang digunakan, model penelitian yang diacu,
dan sebagainya.
Hasil Penelitian.
Bagian ini memaparkan hasil pengujian hipotesis, biasanya meliputi hasil
pengolahan secara statistik, pengujian validitas dan reliabilitas, dan
diterima/tidaknya hipotesis yang diajukan.
Penutup.
Berisi ringkasan, simpulan, diskusi, keterbatasan, dan saran. Hasil penelitian
harus disarikan dan didiskusikan mengapa hasil yang diperoleh begini dan
begitu. Anda juga harus menyimpulkan keberhasilan tujuan riset yang dapat
dicapai, manakah hipotesis yang didukung/ditolak, keterbatasan apa saja yang
mengganggu, juga saran-saran untuk penelitian mendatang akibat dari
keterbatasan yang dijumpai pada penelitian ini.
Jangan lupa untuk
melakukan proof-reading dan peer-review. Proof-reading dilakukan
untuk memastikan tidak ada kesalahan tulis (typo) maupun ketidaksesuaian
tata letak penulisan skripsi. Peer-review dilakukan untuk mendapatkan second
opinion dari pihak lain yang kompeten. Bisa melalui dosen yang Anda kenal
baik (meski bukan dosen pembimbing Anda), kakak kelas/senior Anda, teman-teman
Anda yang dirasa kompeten, atau keluarga/orang tua (apabila latar belakang
pendidikannya serupa dengan Anda).
Beberapa
Kesalahan Pemula
Ketidakjelasan Isu.
Isu adalah titik awal sebelum melakukan penelitian. Isu seharusnya singkat,
jelas, padat, dan mudah dipahami. Isu harus menjelaskan tentang permasalahan,
peluang, dan fenomena yang diuji. Faktanya, banyak mahasiswa yang menuliskan
isu (atau latar belakang) berlembar-lembar, tetapi sama sekali sulit untuk dipahami.
Tujuan Riset &
Tujuan Periset. Tidak jarang mahasiswa menulis
“sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan” sebagai tujuan
risetnya. Hal ini adalah kesalahan fatal. Tujuan riset adalah menguji,
mengobservasi, atau meneliti fenomena dan permasalahan yang terjadi, bukan
untuk mendapatkan gelar S1.
Bab I: Bagian
Terpenting. Banyak mahasiswa yang mengira bahwa
bagian terpenting dari sebuah skripsi adalah bagian pengujian hipotesis. Banyak
yang menderita sindrom ketakutan jika nantinya hipotesis yang diajukan ternyata
salah atau ditolak. Padahal, menurut saya, bagian terpenting skripsi adalah Bab
I. Logikanya, kalau isu, motivasi, tujuan, dan kontribusi riset bisa dijelaskan
secara runtut, biasanya bab-bab berikutnya akan mengikuti dengan sendirinya.
(baca juga: Joint Hypotheses)
Padding.
Ini adalah fenomena yang sangat sering terjadi. Banyak mahasiswa yang
menuliskan terlalu banyak sumber acuan dalam daftar pustaka, walaupun
sebenarnya mahasiswa yang bersangkutan hanya menggunakan satu-dua sumber saja.
Sebaliknya, banyak juga mahasiswa yang menggunakan beragam acuan dalam
skripsinya, tetapi ketika ditelusur ternyata tidak ditemukan dalam daftar
acuan.
Joint Hypotheses.
Menurut pendekatan saintifik, pengujian hipotesis adalah kombinasi antara fenomena
yang diuji dan metode yang digunakan. Dalam melakukan penelitian
ingatlah selalu bahwa fenomena yang diuji adalah sesuatu yang menarik dan
memungkinkan untuk diuji. Begitu pula dengan metode yang digunakan, haruslah
metode yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kalau keduanya
terpenuhi, yakinlah bahwa skripsi Anda akan outstanding. Sebaliknya,
kalau Anda gagal memenuhi salah satu (atau keduanya), bersiaplah untuk dibantai
dan dicecar habis-habisan.
Keterbatasan &
Kemalasan. Mahasiswa sering tidak bisa membedakan
antara keterbatasan riset dan “kemalasan riset”. Keterbatasan adalah sesuatu
hal yang terpaksa tidak dapat terpenuhi (atau tidak dapat dilakukan) karena
situasi dan kondisi yang ada. Bukan karena kemalasan periset, ketiadaan dana,
atau sempitnya waktu.
Kontribusi Riset.
Ini penting (terutama) jika penelitian Anda ditujukan untuk menarik sponsor
atau dibiayai dengan dana pihak sponsor. Kontribusi riset selayaknya dijelaskan
dengan lugas dan gamblang, termasuk pihak mana saja yang akan mendapatkan
manfaat dari penelitian ini, apa korelasinya dengan penelitian yang sedang
dilakukan, dan seterusnya. Kegagalan dalam menjelaskan kontribusi riset akan
berujung pada kegagalan mendapatkan dana sponsor.
Menghadapi
Ujian Skripsi
Benar. Banyak
mahasiswa yang benar-benar takut menghadapi ujian skripsi (oral examination).
Terlebih lagi, banyak mahasiswa terpilih yang jenius tetapi ternyata gagal
dalam menghadapi ujian pendadaran. Di dalam ruang ujian sendiri tidak jarang
mahasiswa mengalami ketakutan, grogi, gemetar, berkeringat, yang pada akhirnya
menggagalkan ujian yang harus dihadapi.
Setelah menulis
skripsi, Anda memang harus mempertahankannya di hadapan dewan penguji. Biasanya
dewan penguji terdiri dari satu ketua penguji dan beberapa anggota penguji.
Lulus tidaknya Anda dan berapa nilai yang akan Anda peroleh adalah akumulasi
dari skor yang diberikan oleh masing-masing penguji. Tiap penguji secara
bergantian (terkadang juga keroyokan) akan menanyai Anda tentang skripsi yang
sudah Anda buat. Waktu yang diberikan biasanya berkisar antara 30 menit hingga
1 jam.
Ujian skripsi kadang
diikuti juga dengan ujian komprehensif yang akan menguji sejauh mana pemahaman
Anda akan bidang yang selama ini Anda pelajari. Tentu saja tidak semua mata
kuliah diujikan, melainkan hanya mata kuliah inti (core courses) saja
dengan beberapa pertanyaan yang spesifik, baik konseptual maupun teknis.
Grogi, cemas, kuatir
itu wajar dan manusiawi. Akan tetapi, ujian skripsi sebaiknya tidak perlu
disikapi sebagai sesuatu yang terlalu menakutkan. Ujian skripsi adalah
“konfirmasi” atas apa yang sudah Anda lakukan. Kalau Anda melakukan sendiri
penelitian Anda, tahu betul apa yang Anda lakukan, dan tidak grogi di ruang
ujian, bisa dipastikan Anda akan perform well.
Cara terbaik untuk
menghadapi ujian skripsi adalah Anda harus tahu betul apa yang Anda lakukan dan
apa yang Anda teliti. Siapkan untuk melakukan presentasi. Akan tetapi, tidak
perlu Anda paparkan semuanya secara lengkap. Buatlah “lubang jebakan” agar penguji
nantinya akan menanyakan pada titik tersebut. Tentu saja, Anda harus siapkan
jawabannya dengan baik. Dengan begitu Anda akan tampak outstanding di
hadapan dewan penguji.
Juga, ada baiknya
beberapa malam sebelum ujian, digiatkan untuk berdoa atau menjalankan sholat
tahajud di malam hari. Klise memang. Tapi benar-benar sangat membantu.
Jujur saja, saya
(dulu) menyelesaikan skripsi dalam tempo 4 minggu tanpa ada kendala dan
kesulitan yang berarti. Dosen pembimbing saya adalah seorang professor dengan
jam terbang sangat tinggi. Selama berada dalam ruang ujian, kami lebih banyak
berbicara santai sembari sesekali tertawa. Dan Alhamdulillah saya mendapat
nilai A.
Bukan. Bukan saya
bermaksud sombong, tetapi hanya untuk memotivasi Anda. Kalau saya bisa, seharusnya
Anda sekalian pun bisa.
Pasca
Ujian Skripsi
Banyak yang mengira,
setelah ujian skripsi segalanya selesai. Tinggal revisi, bawa ke tukang
jilid/fotokopi, urus administrasi, daftar wisuda, lalu traktir makan
teman-teman. Memang benar. Setelah Anda dinyatakan lulus ujian skripsi, Anda
sudah berhak menyandang gelar sarjana yang selama ini Anda inginkan.
Faktanya, lulus ujian
skripsi saja sebenarnya belum terlalu cukup. Sebenarnya Anda bisa melakukan
lebih jauh lagi dengan skripsi Anda. Caranya?
Cara paling gampang
adalah memodifikasi dan memperbaiki skripsi Anda untuk kemudian dikirimkan pada
media/jurnal publikasi. Cara lain, kalau Anda memang ingin serius terjun di
dunia ilmiah, lanjutkan dan kembangkan saja penelitian/skripsi Anda untuk
jenjang S2 atau S3. Dengan demikian, kelak akan semakin banyak penelitian dan
publikasi yang mudah-mudahan bisa memberi manfaat bagi bangsa ini.
Bukan apa-apa, saya
cuma ingin agar bangsa ini bisa lebih cerdas dan arif dalam menciptakan serta
mengelola pengetahuan. Sekarang mungkin kita memang tertinggal dari bangsa
lain. Akan tetapi, dengan melakukan penelitian, membuat publikasi, dan
seterusnya, bangsa ini bisa cepat bangkit mengejar ketertinggalan.
No comments:
Post a Comment